Kamis, 28 Februari 2013

Jadi Diri Sendiri dengan Jilbab Syar'i



Ehem.. beneran nih q mau nulis di blog ini.. semoga ada yang bisa di ambil manfaatnya dengan membaca tulisanku yang beneran karya tulis amatiran di dunia per-blog-an di indonesia. heuheu...

Sekitar satu tahun yang lalu di kampus, yang ketika itu masih berkecimpung sebagai salah satu aktivis da’wah kampus (mengindikasikan kalo sekarang tidak lagi, hehe hiks’), aku baru ngeh kalo sedang diliatin sama adek kelasku yang kebetulan masih berstatus anggota baru di organisasi. Bertanya-tanya nih anak kenapa ngeliatin segitunya, apa ada yang salah ya dengan penampilanku. Nggak nunggu lama aku langsung tanyain dia kenapa ngeliatin aku khitmat banget gitu.

Nggak pernah kepikiran sebelumnya ternyata dia bilang gini, “mbak... kenapa mbak ini ndak kaya’ mbak-mbak yang lainnya di sini ya, mbak itu ceria, PeDe, ceriwis gitu nggak kaya’ mbak-mbak akhwat lainnya, tapi kok bisa tetep jadi akhwat.  Aku pengen kaya’ mbak ya suatu hari nanti.”
 
Nah lho??? Ada yang pengen jadi saudara kembar saya ini. Hehe.. eniwei, bagi temen-temen yang belum tahu makhluk apa itu yang disebut akhwat. Sebenernya akhwat itu kata yang diambil dari bahasa arab, bentuk jamak dari ‘ukhti’ yang kurang lebih artinya ‘saudara perempuan’, bisalah di artikan dengan kata ‘sista’ dari kata ‘sister’ dalam bahasa inggris. Hanya saja kata ‘akhwat’ biasa di pake sama anak-anak aktivis da’wah di kampus ato rohis di sekolah, sehingga mengalami penyempitan makna, anggapannya kalo akhwat ya berarti anak rohis, anak alim di kampus. Padahal ya sama aja kalo mau pake makna yang secara umum. akhwat ya sisters.

 Kembali ke anak tadi. Seketika itu aku diem aja dengerin statementnya dia sambil senyum. Senyumku itu bukan senyum biasa lho, tapi senyum yang penuh makna karena aku ngerti apa yang dia maksudkan dan apa yang dia harapkan atas dirinya suatu hari nanti. Sama seperti yang aku rasakan dulu pertama kali saat aku memutuskan memakai jilbab yang lebih lebar dari sebelumnya. 

Alhamdulillah tanpa ada paksaan dari siapapun untuk mengambil keputusan besar ini. Yang ada malah  banyak protes dari keluarga yang melihat aku tiba-tiba berpenampilan beda. Sedih sebenernya kena marah mulu, tapi lama kelamaan dibawa nyantai aja, karena menjadi penggenggam bara api itu memang tidak mudah. *tsaaahhh...  hehe 

Dari Anas bin Malik r.a., dia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Akan datang kepada manusia suatu masa, di mana orang yang berpegang teguh dengan agamanya ibaratnya seperti orang yang memegang bara api”. (H.R. At-Tirmidzi).

Dari apa yang disampaikan adek kelasku tadi, aku mau berbagi kebahagiaan dengan muslimah-muslimah lainnya yang di sana (yang lagi baca tulisan ini) bahwa untuk menjadi muslimah yang berpenampilan syar’i itu tidak harus menjadi orang lain, tetaplah menjadi diri sendiri. Tiap orang kan memiliki kepribadian yang berbeda-beda, which is, semua itu gak ada yang salah, justru istimewa. Kalo kamu memang orangnya ceriwis abis, ya udah, tetep aja gitu asal kita sendiri mampu mengontrol apa yang kita ucapkan. Dengan keceriwisan kita itu mampu memberikan manfaat buat orang lain. Kan sebaik-baik orang itu yang bermanfaat buat sesamanya.. ya nggak sih... ^_^

Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Berani beda itu baik.. hehe.. gak usah berkecil hati karena anggapan kalo perempuan berjilbab lebar itu harus lemah lembut, suara kalem, harus cantik,dst. Sewajarnya saja, gimana-gimana juga kan yang berlebihan itu nggak baik. Tetap berpakaian syar’i dengan pribadi yang baik layaknya kamu sebelumnya, dan selalu berupaya menjadi lebih baik di setiap detik kita. Asal jangan pernah melupakan batasan-batasan yang ada sesuai apa yang teladan kita lakukan dan ucapkan; Nabi Muhammad Saw.