Ehem.. beneran nih q mau nulis di
blog ini.. semoga ada yang bisa di ambil manfaatnya dengan membaca tulisanku
yang beneran karya tulis amatiran di dunia per-blog-an di indonesia. heuheu...
Sekitar satu tahun yang lalu di
kampus, yang ketika itu masih berkecimpung sebagai salah satu aktivis da’wah
kampus (mengindikasikan kalo sekarang tidak lagi, hehe hiks’), aku baru ngeh
kalo sedang diliatin sama adek kelasku yang kebetulan masih berstatus anggota
baru di organisasi. Bertanya-tanya nih anak kenapa ngeliatin segitunya, apa ada
yang salah ya dengan penampilanku. Nggak nunggu lama aku langsung tanyain dia
kenapa ngeliatin aku khitmat banget gitu.
Nggak pernah kepikiran sebelumnya
ternyata dia bilang gini, “mbak... kenapa
mbak ini ndak kaya’ mbak-mbak yang lainnya di sini ya, mbak itu ceria, PeDe,
ceriwis gitu nggak kaya’ mbak-mbak akhwat lainnya, tapi kok bisa tetep jadi
akhwat. Aku pengen kaya’ mbak ya suatu
hari nanti.”
Nah lho??? Ada yang pengen jadi
saudara kembar saya ini. Hehe.. eniwei, bagi temen-temen yang belum tahu
makhluk apa itu yang disebut akhwat. Sebenernya akhwat itu kata yang diambil
dari bahasa arab, bentuk jamak dari ‘ukhti’ yang kurang lebih artinya ‘saudara
perempuan’, bisalah di artikan dengan kata ‘sista’ dari kata ‘sister’ dalam
bahasa inggris. Hanya saja kata ‘akhwat’ biasa di pake sama anak-anak aktivis
da’wah di kampus ato rohis di sekolah, sehingga mengalami penyempitan makna, anggapannya
kalo akhwat ya berarti anak rohis, anak alim di kampus. Padahal ya sama aja
kalo mau pake makna yang secara umum. akhwat ya sisters.
Kembali ke anak tadi. Seketika itu aku diem
aja dengerin statementnya dia sambil senyum. Senyumku itu bukan senyum biasa
lho, tapi senyum yang penuh makna karena aku ngerti apa yang dia maksudkan dan
apa yang dia harapkan atas dirinya suatu hari nanti. Sama seperti yang aku
rasakan dulu pertama kali saat aku memutuskan memakai jilbab yang lebih lebar
dari sebelumnya.
Alhamdulillah tanpa ada paksaan
dari siapapun untuk mengambil keputusan besar ini. Yang ada malah banyak protes dari keluarga yang melihat aku
tiba-tiba berpenampilan beda. Sedih sebenernya kena marah mulu, tapi lama
kelamaan dibawa nyantai aja, karena menjadi penggenggam bara api itu memang
tidak mudah. *tsaaahhh... hehe
Dari Anas bin Malik r.a.,
dia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Akan datang kepada manusia suatu
masa, di mana orang yang berpegang teguh dengan agamanya ibaratnya seperti
orang yang memegang bara api”. (H.R. At-Tirmidzi).
Dari apa yang disampaikan adek
kelasku tadi, aku mau berbagi kebahagiaan dengan muslimah-muslimah lainnya yang
di sana (yang lagi baca tulisan ini) bahwa untuk menjadi muslimah yang
berpenampilan syar’i itu tidak harus menjadi orang lain, tetaplah menjadi diri
sendiri. Tiap orang kan memiliki kepribadian yang berbeda-beda, which is, semua
itu gak ada yang salah, justru istimewa. Kalo kamu memang orangnya ceriwis abis,
ya udah, tetep aja gitu asal kita sendiri mampu mengontrol apa yang kita
ucapkan. Dengan keceriwisan kita itu mampu memberikan manfaat buat orang lain.
Kan sebaik-baik orang itu yang bermanfaat buat sesamanya.. ya nggak sih... ^_^
Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah
saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi
seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang
paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
Berani beda itu baik.. hehe.. gak
usah berkecil hati karena anggapan kalo perempuan berjilbab lebar itu harus
lemah lembut, suara kalem, harus cantik,dst. Sewajarnya saja, gimana-gimana
juga kan yang berlebihan itu nggak baik. Tetap berpakaian syar’i dengan pribadi
yang baik layaknya kamu sebelumnya, dan selalu berupaya menjadi lebih baik di
setiap detik kita. Asal jangan pernah melupakan batasan-batasan yang ada sesuai
apa yang teladan kita lakukan dan ucapkan; Nabi Muhammad Saw.