Jika ditanya siapakah yang paling
aku sayangi setelah orang tua, aku akan menyebut kakek. Kakeklah yang paling
aku sayangi di dunia ini setelah ibu dan bapak.
Di usianya yang semakin senja, renta tubuhnya, berkurang daya
pendengarannya, melemah penglihatannya, tetaplah kakek satu-satunya yang paling
kekar dimataku. Genggaman tangannya yang begitu kuat saat aku jabat, pertanda
ia pekerja keras di usia dulu.
Dari cerita ibu, kakek adalah
seorang bapak yang luar biasa bagi anak-anaknya. Ibu selalu menunggu di statiun
saat waktu pulang kerja tiba. Kakek akan melambaikan tangan kepada ibu dari
gerbong kereta. Dengan membawa beraneka macam buah-buahan sebagai oleh-oleh,
kakek menyambut ibu dengan gendongan manja.
Saat aku duduk di bangku sekolah
dasar, kakek dan nenek bekerja sebagai petani padi berdua. Seluruh anak-anaknya
juga ikut membantu menyemai bibit dan sebagainya, termasuk aku. Sebagai cucu
yang tidak tinggal bersamanya, aku sangat antusias sekali jika diajak pergi ke
sawah. Tidak seperti cucu-cucu yang lainnya karena rumah mereka berdekatan
dengan rumah kakek. Kakek mengizinkanku menyemai bibit padi sendiri dan akan
dengan bangga menunjukkan padaku padi-padi yang mulai tumbuh sebagai hasil
jerih payahku.
Tumbuh semakin dewasa, aku pun
semakin mencintainya. Setiap aku mengunjungi rumahnya, kakek selalu bertanya
kabar kuliahku. Lancarkah? Atau bagaimana?. Kakek juga selalu memberiku uang
saku setiap aku pamit pulang. Aku selalu tidak boleh menolak semua
pemberiannya. Kakek bilang, ini uang untuk tambahan bensin, atau ini uang untuk
jajan di kampus. Hingga sampai hari kelulusanku tiba. Aku menyampaikan bahwa
aku telah diwisuda. Kakek berucap syukur alhamdulillah dengan tulusnya.
Kini, kakek seorang diri karena
telah berpisah selamanya dari nenek. Nenek meninggal sekitar 20 hari yang lalu.
Kesedihan ini adalah kesedihan yang paling mendalam yang pernah aku rasakan. Mungkin
juga bagi kakek. Masih benar-benar tersimpan dalam ingatan saat jenazah nenek
yang baru datang dengan diantar oleh ambulan. Kakek menangis sejadi-jadinya
melihat wajah nenek yang tak bernyawa. Kesedihanku pun semakin bertambah, tidak
hanya karena ditinggal nenek untuk selamanya tetapi juga karena kesendirian
kakek.
Kakek pun tak sekekar dulu,
sekarang ia selalu mengeluh karena sakit yang dirasa dibagian lutut. Makan tak
lagi ditemani nenek, semua yang ia lakukan selalu sendiri. Walaupun semua anak
dan cucunya ada bersamanya, ia selalu merasa sendiri. Mungkin ini yang namanya
kehilangan. Kehilangan sebagian dari dirinya.
Hingga terjadi sebuah percakapan
antara kakek dan adik sepupuku yang bernama Putri. Ketika itu Putri meminta
kakek untuk senantiasa beristigfar setiap merasakan rasa sakit, mulailah untuk
sholat, memohon ampunan kepada Allah. Mengejutkan saat kakek menimpali semua
permintaan Putri.
“Biarlah kakek seperti ini saat ini. Sejak kecil kakek tidak pernah
diajari sholat, mengaji, atau urusan agama yang lainnya. Sudah terlanjur. Kalian,
anak dan cucu kakek, sholatlah yang rajin, doakan kakek semoga Allah
mengampuni. Semoga seluruh keluarga, anak dan cucu masuk surga, biar kakek
pikul neraka nanti sendiri.”
Sedih. Menangis saat diberitahu
tentang apa yang kakek ucap.
Sungguh, tidak ada amalan yang
akan diterima oleh Allah setelah kita meninggal selain amal jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan doa anak yang sholeh dan sholehah. Semoga Allah mau menerima
segala pintaku untuk kakek.