Selasa, 15 Desember 2015

Balada Rapor Online

Di waktu-waktu menjelang terima rapor sekolah "ternyata" menjadi hari hectic para guru. Bagaimana tidak, baru 3 bulan menjadi guru SD, saya sudah merasakan bagaimana hebohnya akreditasi sekolah. Sekarang, saya merasakan bagaimana ribetnya mengisi rapor online.

Untuk menyebut ribet pada sistem pengisian rapot online ini saya rasa antara iya dan tidak. Akan menjadi tidak ribet saat guru sudah mulai mengisi rapor sejak jauh-jauh hari. Tapi fakta bahwa tidak semua guru memiliki managemen waktu yang baik, terlebih mereka yang menyebut dirinya sebagai Procrastinator ulung, saya contohnya. hahaha. *alesan orang males*

Satu hal yang membuat saya menganggap sistem ini ribet adalah karena memang akses untuk pengisian rapor ini sangat terbatas. Mungkin wajar karena satu situs digunakan oleh ratusan sekolah, ratusan guru, untuk mengisi data ribuan murid, terlebih cara pengisian yang Oh-My-God nyebelin banget. Sejujurnya, saya lebih menikmati masa-masa saya menyusun skripsi daripada mengisi rapor ini. 

Dan ternyata, dan sangat wajar saya menemukan banyak sekali guru mengeluh akan hal ini. Tapi mereka tak bisa melakukan banyak hal untuk menghindar dari sistem yang ada. Satu hal yang harus mereka lakukan adalah dengan mengerjakannya, no matter what. 

Saya dengar dari para murid saya di LBB, bahwa guru mereka melakukan hal yang sangat melelahkan ini dengan tidur secepat mungkin ba'da isya' agar mudah bangun tengah malam atau sepertiga malam untuk mengerjakan rapor on line. Wah, Luar biasa pengorbanan mereka, setelah isya' harus langsung tidur? padahal masih ada acara dangdut di TV, atau sinetron favorit masih tayang. hohoho. Yang lebih keren, sepertiga malam harusnya "dan tidak banyak orang" melakukan tahajjud, kini justru dimanfaatkan untuk mengisi rapor. 

Yahh.. Pada akhirnya, kita memang tidak bisa melakukan apa-apa selain harus mengerjakannya. Kita ambil hikmahnya saja, dengan adanya sistem ini kita melatih diri untuk lebih disiplin, kita belajar untuk lebih sabar walaupun rasanya pengen ngomel aja, kita melatih jari-jari kita untuk meng-klik nilai yang "diawur" sesuka jari. Am I wrong? 

By the time I write this, saya sudah siap-siap untuk tidur, biar sepertiga malam nanti bisa bangun *untuk isi rapor online* Duh ahh.. istighfar banyak-banyak... Terkadang kita lebih mudah menuruti sistem dan perintah para penguasa dunia untuk melakukan ini itu, tetapi sulit sekali  rela bangun tengah malam untuk bersimpuh kepada Sang Maha Kuasa walau telah Ia janjikan rengkuhNya untuk setiap hamba yang menjauhkan lambungnya dari tempat tidur.


Selasa, 17 November 2015

Dongeng Sayur


Wortel yang secara tidak sengaja bertemu dengan Kubis, Sayur yang pernah ada di masa lalunya sebagai penghianat cinta itu ternyata masih menaruh hati pada wortel.
          " Mengapa kau begitu dingin padaku? apakah kau masih marah walau itu sudah bertahun lamanya?", tanya Kubis dengan penuh penasaran dan antusias. Wortel yang mendengar ucap Kubis hanya bisa tersenyum. Senyuman yang dingin.
          " Hei... Kenapa hanya senyum? tidakkah kau memaafkan aku yang dulu?", kembali Kubis mempertanyakan keingintahuannya yang begitu besar. Risih dengan segala tanya Kubis, Wortel pun mulai berucap dibersamai senyuman yang mungkin tak mengenakkan bagi Kubis, "Apakah saya pernah bilang bahwa saya tidak memaafkan?", terkejut muka Kubis mendengar Wortel berucap.
"saya telah memaafkanmu jauh sebelum kamu meminta maaf, saya sudah memaafkan kamu bahkan sesaat setelah kamu memberikan luka.", semakin merah padam muka Kubis.

          " Maafkan aku.. ", tertunduk Kubis dengan penuh penyesalan dan rasa malu meminta maaf.
          "Well, you should say that. Karena sejak bertahun-tahun yang lalu itu saya tidak pernah mendengar kamu meminta maaf.", dengan tenang Wortel mengatakannya. Lega mendengarnya, Kubis tersenyum lebar dan berkata, "Kalau begitu kau bisa memaafkanku dengan tidak mengabaikanku lagi?".  Hati Wortel berdesir, tak mudah bagi Wortel melupakan semua yang telah lalu itu, masa lalu yang penuh luka. Perih sekarang Wortel merasakan di dadanya dan berucap, "mudah bagi saya untuk memaafkan, tapi perlu kau ingat, luka yang kamu buat terlalu dalam, terlalu menyakitkan. Maka dingin padamu adalah usaha saya agar saya tidak lagi merasakan perih di luka itu. Sambil menahan air mata yang ingin menetes Wortel bangkit dari tempat duduknya dan berbalik.
Sesosok Sayur yang tak pernah Wortel temui sebelumnya tapi sudah ia kenal lama telah berdiri tegap di hadapan Wortel setelah berpaling dari Kubis. Sawi. Dia Sawi, yang selama ini Wortel idamkan untuk selalu bersama tapi enggan juga datang. Ternyata Sawi telah berdiri lama di sana mendengarkan percakapan Wortel dan Kubis.
          "It's been so long without you in distance.", ucap Sawi untuk pertama kali didengar Wortel secara langsung. Wortel menyembunyikan rasa terkecutnya, bahagianya di dalam hati terdalamnya dengan hanya menampakkan raut muka yang biasa-biasa saja dan menimpali sapa Sawi, " it's more than five years for the first time."
"Now am here, sorry for the 5 years.", ucap Sawi dengan tenang.
" I always have thousand reasons to forgive." jawab Wortel yang tak kalah tenang. ada kesejukan yang menutupi luka lama Wortel tadi dengan seketika.
" With me?" pinta Sawi.
" I will. " jawab Wortel dengan senyuman.
Kubis hanya bisa terpaku, antara malu tak sebijak Sawi dan menyesal telah melukai Wortel sehingga tak bisa memilikinya yang kini telah menjadi milik Sawi.


The end.