Rabu, 23 Oktober 2013

Semakin Tahu Semakin Bodoh

Pernah dengar istilah semakin tahu semakin bodoh? ini saya lagi ngerasain sekarang. Ngerasain sebegini bodohnya saya akan hal-hal yang ada di sekitar yang tak saya ketahui. Maka, respon awal yang biasa muncul adalah ohh jadi begini ya, ohh begitu ya, kok aku baru tahu ya, dll (tidakkah terdengar bodoh?).

Ahhh, sungguh serasa bodoh diri ini. hiks'. Berawal dari otak atik twitter dan saya menemukan sebuah akun bernama Awy' A. Qolawun. Setelah mencari info lewat google, saya menemukan bahwa ternyata beliau adalah seorang penulis, aktivis FLP (Forum Lingkar Pena). 

Menurut saya pribadi, kultwit (kuliah twitter) beliau nih cukup mengasikkan dan berbobot sehingga membuat kepala saya hampir mendidih untuk memikirkan dan mencerna bahwa ternyata saya bodoh.

Yah, saat menuliskan kalimat ini, saya lagi ngantuk berat, tapi tetap mempertahankan diri untuk terjaga demi download sebuah kitab yang beliau rekomendasikan lewat twitter. 

udah ya, saya sibuk download gratis.

 

 

Senin, 21 Oktober 2013

BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI

Beberapa waktu terakhir ini aku suka sekali membaca puisi dan kumpulan sajak, terkadang juga menuliskannya. Entah mengapa aku merasa lebih bebas dalam menulis saat menyusun sajak. mungkin karena sebuah tabiat yang memang tidak suka terikat oleh aturan manusia. Aku bebas menuliskan segala rasa, segala kata. 

Hujan Bulan Juni adalah buku yang paling sering aku baca akhir-akhir ini. Sekumpulan Sajak karya Sapardi Djoko Damono ini serasa membiusku dalam, tenggelam dalam kata. Dan aku sampai pada halaman 55. Tertulis sajak indah penuh makna. 

BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI

waktu aku berjalan ke barat di waktu pagi matahari mengikutiku di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan  bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan

(1971)

Sapardi Djoko Damono

HUJAN BULAN JUNI
Sepilihan Sajak
halaman 55

Minggu, 20 Oktober 2013

Procrastinator

Pernah dengar Procrastinator? ini adalah sebuah isitilah psikologi untuk orang-orang yang suka menunda pekerjaan. Orang males aja punya sebutan yang keren gitu ya dalam bahasa psikologi. Terlepas dari julukan keren itu. Tunggu dulu. Menunda-nunda pekerjaan ya. oh tidak, aku jadi curiga. agaknya aku cocok mendapat gelar Procrastinator. tidakkkkkk..... hiks' hiks'

Aku akui, untuk beberapa hal, aku suka sekali menunda-nunda untuk pengerjaannya. Entah mengapa, mungkin ini yang disebut dengan naluri kemalasan seorang manusia. dan itu buruk. dan jangan ditiru. ini hanya sejenis pengoreksian diri agar tahu seberapa buruknya diri dan seusaha apa aku harus merubahnya menjadi lebih baik.

Dipikir-pikir, iya bener, bener juga. menunda pekerjaan. Aku ambil contoh, untuk menyusun modul yang akan aku pakai mengajar di LBB (Lembaga Bimbingan Belajar) milik sendiri ini, aku pun sering menundanya. Mungkin karena aku sering terbiasa bekerja dengan deadline semasa kuliah, dan karena ini lbb milik sendiri, aku pun jadi males-malesan. Ini buruk. ya, buruk. bagaimana ini. mau tetap buruk? *toyor jidat sendiri*

Dan, betaapa indahnya agama yang sedang aku peluk ini, islam. Islam telah mengajarkan umatnya untuk tidak menunda-nunda pekerjaan, memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Coba kita cermati ini.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
QS. Al-Hasyr 59 : 18

Nah, itu. Ayat diatas mensyaratkan bahwa kita harus memperhatikan segala apa yang kita kerjakan sebaik mungkin. Juga hadist di bawah ini.

Ada dua nikmat, di mana banyak manusia tertipu di dalamnya, yakni kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhori).

Nah lagi, hadist di atas menunjukkan bahwa kita (manusia) harus memanfaatkan kesempatan (waktu) dengan baik. Secara sadar ataupun tidak, terkadang kita suka berleha-leha dalam memanfaatkan waktu yang ada, padahal ini adalah nikmat-Nya, tentu yang tak boleh kita siakan.

Ah, iya. Betapa cerobohnya aku ini dalam mensyukuri segala nikmat. Nikmat kesempatan. Nikmat waktu luang. Maka tak maulah aku menyandang istilah keren Procrastinator itu. Bareng-bareng yuk kita manfaatkan waktu kita sebaik mungkin. Yang paling penting, kita saling mengingatkan agar tak lalai menyukuri segala nikmat Tuhan.

Mama Bilang Aku Blo'on

Dua hari yang lalu saat saya sedang belajar mengaji bersama anak-anak TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) dekat rumah, saya mendapati seorang anak kecil, salah seorang santri berusia 4 tahun sedang menangis kencang sekali. Saat itu, Septia  dikelilingi teman-temannya yang sedang mencoba membujuk dia untuk berhenti menangis, tidak kunjung reda justru malah semakin keras. Saya yang sedang menyimak bacaan seorang santri, tidak bisa menghampirinya segera karena masih banyak santri lain yang belum mengaji. 

Karena tangisnya yang tak juga berhenti, saya mengajak Septia untuk duduk di samping saya. Dia pun menurut. Kegiatan menyimak pun usai, saya dekati dia dan mencoba menanyakan apa yang terjadi. 

" Septia, kenapa menangis sayang..?? " Tanyaku perlahan. 
Sambil menunjukkan mainannya yang rusak, dia mencoba menceritakan sambil sesenggukan, 
" ini, mainanku di rusakin Ali, jadi rusak..",  tangisnya pun menjadi saat ia berucap, " ini mainan punya adikku, nanti aku dimarahin mama... kasihan adikku, mainannya rusak."
 " kenapa tadi mainannya dibawa Septia, kenapa tidak disimpan di rumah?" tanyaku,
sedikit reda ia menjawab, "mainan adikku aku bawa, aku jaga biar gak rusak.."
" besok minta mama beli lagi ya.." 
" mama nggak punya uang, uangnya di pakai buat arisan..", terkejut mendengar pernyataan itu, saya pun kembali bertanya dengan penasaran, 
" uang saku Septia berapa kalo untuk sekolah.."
" seribu lima ratus.."
" harga mainannya berapa?"
" seribu lima ratus.."
" ya sudah, nanti kalo sudah sampai rumah, Septia minta maaf ke adik dan mama, habis itu bilang kalo besok bakal ganti mainannya dengan mainan baru. jadi, besok uang sakunya jangan di pake buat jajan ya, buat beli mainan adik saja. setuju... "

Septia pun mengangguk. 


Hari ini, saya bertemu kembali dengan Septia. Saat ia menghampiri saya untuk mengaji, saya lontarkan pertanyaan tentang dua hari lalu. 


"Septia, kemarin gimana? dimarahin mama?"
" iya...", ia menjawab lugu,
" dimarahinnya gimana?"
Sambil menunduk dia berkata, "mama bilang aku blo'on"

Terkejut mendengarnya, pedih sekali..
" sudah? itu aja dimarahinnya?"
" iya, mama cuma bilang aku blo'on.."
" Septia diam aja? ato nangis?"
"diem aja.."

Saya elus kepalanya, kemudian memintanya untuk mengaji. :(

Kamis, 17 Oktober 2013

Puitis

Menjadi puitis untuk tidak menjadi pujangga
Hanya perantara rasa lewat pena
Sebagai bukti cinta yang tak mampu terucap
lewat segala kata.

FYM, 14 Oktober 2013

Rabu, 16 Oktober 2013

Bank Ide

Saat saya menuliskan ini, saya sedang kehabisan ide untuk menulis apa. Ini adalah salah satu hal yang sering saya alami, dan ini buruk. Kedisiplinan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam menulis. Kedisiplinan dalam menyimpan (baca: menuliskan) ide yang seringkali tiba-tiba datang. Bayangkan saja, ide sering kali datang di saat yang tidak tepat, tidak terduga, seperti bayangmu.. *eaaa apa lagi ini. Kembali ke ide, saya seringkali mendapatkan ide setelah terjadinya peristiwa di sekitar, di kelas saat kuliah, ataupun di kamar mandi. 

Kebiasaan yang paling tepat dan seringkali dilakukan oleh penulis adalah menuliskan setiap ide yang muncul atau tiba-tiba ada.  Tulis dimanapun yang memudahkan kita menulisnya, misalkan di laptop, handphone, atau bahkan secarik kertas. Mengapa ini dianggap perlu, karena dengan membuka kembali catatan-catatan ide kita, kita mampu mengingat kembali dengan mudah ide tersebut saat akan menulis.

Kebiasaan saya saat duduk di bangku SMP,  saat-saat memulai menulis iseng adalah saya selalu membawa secarik kertas yang selalu tersimpan di saku seragam sekolah. Untuk apa? Kertas itu akan saya gunakan untuk menulis segala ide yang tiba-tiba muncul saat dalam perjalanan pulang atau berangkat ke sekolah. Perlu diketahui, saya naik angkot untuk ke sekolah, dan ya, saya menulis segala ide itu di dalam angkot. Sebegitu rajinnya saya dalam mengumpulkan ide-ide yang muncul, tidak seperti saat ini. Jadi sedih.. hiks.

Mengumpulkan ide-ide tersebut adalah salah satu cara yang efektif dalam menulis, karena seringkali kehabisan ide adalah hal yang paling menjenggelkan sehingga menulis pun menjadi terhambat dan tidak produktif.Dan, Bank Ide adalah sebutan yang tepat untuk kumpulan-kumpulan ide yang kita tulis. 

Baiklah, semoga anda (khususnya saya) mampu lebih produktif lagi dalam menulis. Semangat... :')


Menjawab Kerinduan

Eng... ing...eng... saya hadir lagi di blog saya sendiri. baiklah, saya tahu, barusan ini bukan opening yang baik. Lupakan. yang pasti, kembali hadirnya tulisan ini adalah sebagai bukti bahwa saya masih menulis di blog saya sendiri.*ya iyalah..*

Beberapa waktu yang lalu, salah seorang teman saya sedang ditelepon oleh teman saya yang lainnya. sebut saja mereka Mawar dan Marwan (iklan banget ini nama). kembali ke telepon. si Marwan yang lagi nelepon Mawar menanyakan kabar saya, kegiatan saya, dan yang lain-lainnya termasuk tentang keaktifan saya di blog ini. Saya sangat-sangat menyadari mengapa si Marwan tidak menanyakan langsung kepada saya, saya maklumi bangetttt...

Saya sangat berterima kasih atas kepedulian Marwan terhadap saya lewat segala pertanyaannya kepada Mawar, sehingga saya sulit membedakan antara care dan obsessed. Makasih Marwan.. sepertinya saya mulai berkobar menulis ini... air.. mana air... 

Satu statement Marwan yang membuat sebelah alis saya sedikit naik tanpa perintah, "ohh.. jarang nulis yaa,, paling gak ada yang baca kali yaa, pengunjungnya sedikit, makanya jarang nulis lagi." waww... saya jadi terkejut mendengarnya..

Semoga Marwan membaca postingan ini. Jadi begini, Marwan, saya menulis di blog ini bukan semata-mata untuk mendapatkan pengunjung yang banyak ataupun pembaca yang banyak. Saya menulis karena saya ingin menyampaikan sesuatu yang bisa jadi tidak tersampaikan lewat lisan, sehingga tulisan menjadi perantara.Alasan lainnya mengapa saya mulai jarang menulis di blog ini, mohon maaf Marwan, saya kembali mulai jarang online via notebook tercinta saya ini, sehingga untuk memposting di sini pun mulai jarang.

Oh iya, Marwan, jangan pernah menghawatirkan saya tentang menulis. Tanpa diminta pun saya nulis. Doakan saja semoga selalu produktif. Baiklah Marwan, sekian dulu, perlahan saya mulai menyadari, postingan ini terasa sangat tidak penting.