Jumat, 22 Maret 2013

Mulai Menghafal Al Qur'an Dari Diri Sendiri. One Day One Ayat



Menghafal Al Qur’an merupakan hal yang tidak umum di kalangan masyarakat indonesia karena memang salah satu kultur budaya yang membuat itu jadi hal yang tidak perlu menjadi kebiasaan. Sungguh sayang karena memang mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama islam. 

Beberapa hari yang lalu, salah seorang teman mengajakku untuk menghadiri sebuah acara. Saat itu aku benar-benar tidak mengetahui acara apa yang akan aku hadiri. Dengan kondisi sakit gigi graham yang tumbuh secara tidak menentu, aku memutuskan untuk membatalkan kehadiran dengan  mengirim sms padanya. Dengan penuh kesedihan, temanku membalas bahwa dia sangat-sangat ingin datang, tetapi dia tidak tahu lingkungan Surabaya. Baiklah, aku putuskan untuk memaksakan diri hadir di acara besok. 

Semoga acaranya bermanfaat dan dihitung Allah sebagai sebuah kebaikan dalam menghadiri acara tersebut.
Sesampainya di sana, di sebuah Hall salah satu mall di surabaya, terpampang jelas background panggung yang bertuliskan PPPA Daarul Qur’an. Ahh.. seingatku itu adalah nama sebuah organisasi yang identik dengan Ust. Yusuf Mansyur. Sepertinya beliau pemimpinnya. Entahlah, aku tunggu acaranya mulai saja. 

Acara utama belum mulai, ada seorang lelaki yang mulai melakukan pembicaraan sambil menunggu pembicara utamanya datang. Lelaki tersebut membahas tentang hebatnya bershalawat dan seterusnya. Datanglah seorang nenek dan meminta duduk di sebelahku. Dengan ramah ia tersenyum. Aku balas senyuman itu dengan senyuman terbaikku. Eaa... ^_^

Iseng aku mencoba melirik buletin yang sedang beliau baca.  Judul artikel itu “Sudah Cerdaskah Kita dalam Menghafal Al Qur’an?”. Hemm.. mengagetkanku beliau tiba-tiba bertanya, “mbak, kira-kira kita sudah cukup cerdas tidak ya dalam menghafal Al Qur’an?”. Deg... seketika aku bingung dalam memberikan jawaban, dan orang itu kembali berucap, “setidaknya sehari satu halaman..” sambil mengangguk-ngangguk beliau kembali melanjutkan membaca. Lha, sebenarnya ini tadi pertanyaan atau pernyataan yaaa?? Ahhh.. lepas dari itu semua, nenek tadi berhasil membuatku berpikir dalam. Betapa malunya aku, di usia yang masih muda pun tak terbersit dalam pikiran untuk menghafal Al Qur’an selembar satu hari. Satu ayat pun jarang aku lakukan. 

Ahhh.. betapa hebatnya nenek ini. Bagiku, beliau adalah seorang tua yang berkualitas. Bertanya sendiri, akankah hari tuaku nanti aku akan menjadi seorang nenek yang berkualitas juga? Ahhh.. sungguh aku berpikir. 

Di sela acara, panitia memutarkan kami sebuah video dari ust. Yusuf Mansyur. Dalam video tersebut ustad Yusuf menyampaikan bahwa menghafal Al Qur’an itu sebenarnya mudah, hanya saja orang-orang tidak ataupun jarang mau memulainya. Mencoba memulai dari diri sendiri. Satu hari satu ayat. Ustad Yusuf memandu audience untuk membaca satu ayat Al Qur’an. Q.S Al Baqarah ayat 1, “ Alif Laam Miim,,”. Sudah, itu satu ayat. Hari itu kita cukup menghafal itu saja. Alif Laam Miim.. , baiklah, ini mudah saudara. 

Video itu tiba-tiba di cut panitia karena pembicara utama telah datang. Terlihat seperti sepasang suami istri dengan tiga orang anak yang masih kecil. Sepertinya orang arab. Kemudian panitia memperkenalkan bahwa beliau adalah Dr. Kamil beserta istri dan tiga orang anaknya; Tabarok 9 tahun, Yazeed 7 tahun dan Zaena 5 tahun. Mereka datang dari Mesir. Mereka mengisahkan tentang ketiga anaknya itu yang telah menghafal Al Qur’an di usia 4,5 tahun. Hahhh? 4,5 tahun? Saya sekarang usia 21 tahun loh ini.. (pamer usia, haha).

Acara berlangsung secara menakjubkan. Dr. Kamil dan istri mengisahkan tentang anak-anaknya. Bagaimana mereka mendidik anak-anaknya sehingga menjadi hafidz dan hafidzh di usia belia. Panitia pun mempersilahkan audience untuk mengetes ketiga anak tersebut dengan membacakan sepetik ayat Al Qur’an secara acak kemudian akan diteruskan oleh ketiga anak itu secara bergantian. Subhanallah.. sangat menakjubkan. Sungguh air mata mendesak untuk jatuh melihat pemandangan yang luar biasa ini. 

Sepulang dari acara, kembali aku berpikir, mengintrospeksi diri. Sungguh jauh aku dari kebaikan, ketakwaan, kedekatanku kepada Tuhan. Malu nggak sih dengan ketiga anak itu, malu juga sama nenek tadi. Ahhhh... bagaimana aku ini. Aku segera memulai dari diri sendiri. Yah. Setidaknya, satu hari satu ayat. Salah satu bagian  dari bentuk upayaku memperbaiki diri agar menjadi manusia yang lebih baik dihadapan Tuhan, agar menjadi orang yang berkualitas nanti, yang akan bermanfaat untuk sesamaku, dan akan bermanfaat untuk generasi penerusku. Dengan mengajarkan anak-anakku Al Qur’an agar tumbuh hebat layaknya Tabarok, Yazeed dan Zaena.