Minggu, 26 Mei 2013

Ketidakhadiran



Kali ini aku mau melakukan sedikit konfirmasi tentang ketidakhadiran. Kehadiran yang mungkin saja ditunggu, entah karena keinginan menggebu untuk bersama merayakan bahagia atau kehadiran sebagai bahan tawa yang membahagiakan. 

Kami hanyalah manusia biasa yang tergabung dalam sebuah organisasi di kampus. Keseringan kami dalam berbeda pendapat hingga beradu mulut telah membuat teman-teman yang lainnya menganggap ada sesuatu yang istimewa diantara kita. Kami pun santai menanggapinya karena kenyataan tidak demikian. 

Hingga sampai pada hari ini. Hari bahagia. Hari pernikahannya. Siapa yang paling ditunggu kehadirannya oleh teman-teman. Ketidakhadiranku kali ini mungkin akan membuat semua teman berkelana dalam pikir. Mengapa tidak datang. Bukankah seorang muslim berkewajiban memenuhi undangan. Mengapa tidak ikut merayakan bahagia bersama. 

Sebelum saya menulis ini, saya merasa bahwa membiarkan teman-teman dalam berpikir tentang ini adalah hal yang tepat. Membiarkan mereka sibuk dengan prasangka mereka sendiri. Karena bagiku, kehadiranku mampu melucuti izzahku hanya dengan pandangan mata mereka saja. Disini saya setuju bahwa mata pun mampu berbicara walau tak setajam lidah. 

Sebagai konfirmasi agar tak menjadi pikiran liar bagi mereka. Disini tidak ada kewajiban saya dalam memenuhi hak saudara yang mengundang karena saya memang tidak menerima undangan. Undangan yang ada adalah atas nama organisasi, sedangkan saya tidak lagi berkecimpung dalam organisasi tersebut. Tidak adanya undangan itupun juga atas permintaanku,oleh karena itu disini saya sangat berterima kasih kepada beliau yang menuruti keinginan saya agar tidak diundang.

Alasan saya untuk tidak ingin diundang adalah saya menjauhi segala fitnah yang akan muncul atas kehadiran saya. Siapa yang menjamin bahwa tidak akan ada bahasan kami dalam acara tersebut. Siapa yang menjamin setiap mulut tak mengucap tentang kami dalam acara itu. Sungguh saya menghindari itu untuk menjaga hati setiap pihak yang hadir. 

Another reason is, saya pernah bertanya kepada beliau untuk memberi saya satu alasan mengapa saya harus datang. Ternyata beliau menjawab, tidak apa-apa, biar ramai saja. Bagi saya hal itu bukanlah alasan yang tepat untuk menghadirkan saya diantara para undangan. Saat itu juga saya memutuskan untuk tidak datang.

Terlepas dari itu semua, saya sangat bahagia akan hari ini. Bagaimanapun beliau adalah salah seorang saudara saya yang sangat saya hormati dan hargai. Baarokallahu lakuma wa baaroka alaikuma wajama’a bainakuma fii khoir.. Barokallah ya akhi.. semoga pernikahannya menjadi pernikahan yang penuh barokah, menjadi pernikahan da’wah yang menjadikan ridho Allah sebagai tujuan utama. Selamat... ^_^