Kali ini aku mau melakukan
sedikit konfirmasi tentang ketidakhadiran. Kehadiran yang mungkin saja
ditunggu, entah karena keinginan menggebu untuk bersama merayakan bahagia atau
kehadiran sebagai bahan tawa yang membahagiakan.
Kami hanyalah manusia biasa yang
tergabung dalam sebuah organisasi di kampus. Keseringan kami dalam berbeda
pendapat hingga beradu mulut telah membuat teman-teman yang lainnya menganggap
ada sesuatu yang istimewa diantara kita. Kami pun santai menanggapinya karena kenyataan
tidak demikian.
Hingga sampai pada hari ini. Hari
bahagia. Hari pernikahannya. Siapa yang paling ditunggu kehadirannya oleh
teman-teman. Ketidakhadiranku kali ini mungkin akan membuat semua teman
berkelana dalam pikir. Mengapa tidak datang. Bukankah seorang muslim
berkewajiban memenuhi undangan. Mengapa tidak ikut merayakan bahagia bersama.
Sebelum saya menulis ini, saya
merasa bahwa membiarkan teman-teman dalam berpikir tentang ini adalah hal yang
tepat. Membiarkan mereka sibuk dengan prasangka mereka sendiri. Karena bagiku,
kehadiranku mampu melucuti izzahku hanya dengan pandangan mata mereka saja.
Disini saya setuju bahwa mata pun mampu berbicara walau tak setajam lidah.
Sebagai konfirmasi agar tak
menjadi pikiran liar bagi mereka. Disini tidak ada kewajiban saya dalam
memenuhi hak saudara yang mengundang karena saya memang tidak menerima
undangan. Undangan yang ada adalah atas nama organisasi, sedangkan saya tidak
lagi berkecimpung dalam organisasi tersebut. Tidak adanya undangan itupun juga atas
permintaanku,oleh karena itu disini saya sangat berterima kasih kepada beliau
yang menuruti keinginan saya agar tidak diundang.
Alasan saya untuk tidak ingin
diundang adalah saya menjauhi segala fitnah yang akan muncul atas kehadiran
saya. Siapa yang menjamin bahwa tidak akan ada bahasan kami dalam acara
tersebut. Siapa yang menjamin setiap mulut tak mengucap tentang kami dalam
acara itu. Sungguh saya menghindari itu untuk menjaga hati setiap pihak yang
hadir.
Another reason is, saya pernah
bertanya kepada beliau untuk memberi saya satu alasan mengapa saya harus datang.
Ternyata beliau menjawab, tidak apa-apa,
biar ramai saja. Bagi saya hal itu bukanlah alasan yang tepat untuk
menghadirkan saya diantara para undangan. Saat itu juga saya memutuskan untuk
tidak datang.
Terlepas dari itu semua, saya
sangat bahagia akan hari ini. Bagaimanapun beliau adalah salah seorang saudara
saya yang sangat saya hormati dan hargai. Baarokallahu
lakuma wa baaroka alaikuma wajama’a bainakuma fii khoir.. Barokallah ya akhi..
semoga pernikahannya menjadi pernikahan yang penuh barokah, menjadi pernikahan
da’wah yang menjadikan ridho Allah sebagai tujuan utama. Selamat... ^_^